Pastikan Anak Memiliki Keterampilan Ini sebelum Dewasa


Tahukah kalian bahwa keterampilan anak itu bermacam-macam? Ga cuma calistung dan sosial yang harus diperhatikan. Bahkan aku lulusan PAUD pun baru tahu ada 'keterampilan duduk' yang harusnya dikuasai anak sebelum masuk sekolah dasar. Banyak deh pokoknya hal baru yang aku ketahui. 

Nah, kali ini aku mau sharing hasil pelatihan Montessori 'ala-ala' bersama kak Iin. Pemilik sekolah pertama Islam Montessori di Indonesia Timur. #promosidikit #tapigaspill, wkwk.

Oke, jadi apa saja keterampilan penting untuk anak kuasai sejak dini? 

1. Keterampilan Bermain
Bermain kok perlu keterampilan? Eits, jangan salah. Bermain itu juga ada aturannya, loh. 
🌸 Anak harus bermain sesuai fungsi, sesuai konteks, bermakna, dan aman.
🌸 Apakah anak yang sudah masuk tahapan bermain kooperatif, bisa bermain bersama? 
🌸 Dan apakah anak bisa mengontrol dirinya? Tidak kasak kusuk, tantrum, sampai tahu kapan waktunya berhenti. 

2. Keterampilan Duduk
Ini nih yang aku bilang tadi. Ternyata, keterampilan duduk terkait erat dengan kemampuan fokus.
🌸 Berapa lama anak bisa duduk? 
🌸 Apakah anak bisa tenang tanpa gerakan tambahan? 
🌸 Apa sanggup tidak berpindah fokus dan tempat? 
Wow. Aku saja kadang pikiran melayang saat mendengarkan diskusi tak berujung. 

Nah, karena fokus atau atensi itu bertahap, maka perlu kita perhatikan usia anak. Rumusnya gini: 2-5 menit x usia anak. Contoh, anak usia 3 tahun perlu fokus selama 2-5 × 3. Jadi anak usia 3 tahun atensi yang diharapkan berlangsung selama 6-12 menit. 

3. Keterampilan Menunggu
Mungkin ini yang kurang diajarkan pada masyarakat kita sejak dini. Di Jepang, latihan pertama anak TK adalah berbaris dan berjalan dengan tenang di lorong sekolah. Aku bersyukur semasa SD juga dilatih seperti itu, setiap masuk kelas pasti berbaris dulu. Anak yang lari di lorong sekolah, pasti kena semprot atau kalau bandel, ya betisnya dipukul penggaris kayu. :D 

Menurutku ini bekerja banget sih bagi kami yang dilatih selama '6 tahun kedua'. Terbiasa berbaris rapi membuatku tidak tertarik memotong antrian. Dan antri ini sama dengan keterampilan duduk yang butuh atensi. 

Keterampilan menunggu juga soal bersabar saat peralihan kegiatan, tidak mengambil media baru ketika belum waktunya, atau justru mengambil media berbeda dari yang disediakan.

4. Keterampilan Berbahasa
Di sekolah tempatku mengajar, banyak anak-anak yang mengalami keterlambatan berbicara. Karena tidak mampu mengekspresikan keinginannya, anak jadi mudah tantrum. Atau bila kami beri arahan, kami ajak komunikasi, anak malah cuek bebek. Alhamdulillah mereka di sekolahku ini memang tidak paham, bukan karena malas berbicara.
Jadi perlu ya kita sering berkomunikasi dengan anak. Menyejajarkan posisi lalu menatap kedua matanya. Kemampuan berbicara yang diharapkan,
🌸 Ekspresif. Artinya anak mampu mengeluarkan perasaan dan keinginannya dengan berbahasa, termasuk bahasa tindakan.
🌸 Reseptif. Melakukan tindakan atas perintah, memahami dan mengaplikasikan dalam tindakan, baik imitasi perilaku maupun bahasa.


5. Keterampilan Memahami Instruksi
Tahapan memahami instruksi, baik dengan verbal dan gestur, adalah dengan menghitung berapa jumlah instruksi dalam 1 kali nafas. Hahaha. Maksudnya, berapa perintah dalam 1 kalimat.

Tapi jangan jadikan keterampilan ini untuk dilayani ya. Kita bisa melakukannya saat anak sudah berada di tahapan 6 tahun kedua. Di masa tersebut, posisi anak adalah 'tawanan'. 

Plis bukan tawanan dalam arti harfiah ya. Kita menjadikannya 'tawanan' untuk menyiapkan dia menjadi penasehat. Penasehat yang bisa diajak tukar pikiran dan membuat keputusan. 

Untuk anak usia dini sudah jelas posisi mereka adalah raja. Kita usahakan dia sebagai raja yang adil. Tidak semena-mena pada dirinya dan orang lain. Orangtua dan lingkungannya semata berfungsi sebagai penasehat sang raja. 

Jadi, bila anak tidak paham instruksi, kita bisa arahkan tubuh anak. Setelah minta izin ya. Ingat kita penasehatnya bukan raja. Urgh, aku masih sering salah disini. 

Dari kegiatan 'memerintah' kita juga bisa melihat pengetahuan preposisi anak. Depan, belakang, samping kiri, kanan, atas, dan bawah. 

Sekali lagi, ingat ya, memerintah raja hanya untuk mengajarkannya preposisi dan mempertegas sedikit posisi anak sebagai anak dan orangtua tetap orangtua. Ga bingung kan? Semoga ngga, ya. :D

6. Keterampilan Mempertahankan Atensi
Berhubungan dengan keterampilan duduk, mempertahankan atensi dimulai saat anak memulai kegiatan.
🌸 Apakah anak segera melaksanakan instruksi atau tidak?
🌸 Apakah anak berproses melakukan kegiatan sampai pada tahap penyelesaian?
Bila anak memperoleh kesulitan, kita bisa melihat,
🌸 Apakah emosinya sudah stabil sehingga mampu menyelesaikan kegiatan?
Dan bila selesai, 
🌸 Dia mampu mengelola dirinya untuk tidak mengganggu. 

7. Keterampilan Mengelola Diri atau Perilaku
Saat marah, menginginkan sesuatu, menolak dengan melempar dll, cari perhatian adalah sebuah tanda anak belum memiliki kesadaran dan memahami aturan. Tapi kita perlu beri kesempatan untuk rasa ingin tahunya, lalu perlahan beri tahu aturannya.


Done~