No Title


!REMINDER!
This post only talk about feeling. It doesnt have any essential topic for you to know. If it's okay for you, tafaddhal :')

Ada satu hal yang kupelajari hari ini.

Sekeras apapun aku berusaha melupakan masalah, perilaku ku akan tetap dipengaruhi olehnya. Masalah seperti datang beruntun saat aku disapa badai mengerikan. Serius. Hampir ga pernah aku bisa tenang menjalani rutinitas, kecuali aku sadar betul bahwa aku tak bersalah. 

He-um. Aku salah. Dan biasanya aku akan minta maaf. Tapi kali ini aku tidak ingin melakukannya. Mungkin egoku sedang berkuasa. Atau kesalahan dia di mataku lebih besar dari kesalahanku, sehingga sangat sulit bagiku memaafkannya.

Padahal, hei! Aku bukan orang yang sulit memaafkan. Aku bisa melupakannya segera bila seseorang dengan tulus membenari kesalahannya dan dia berusaha untuk memperbaikinya. 

Suatu hal yang aku sayangkan. Atau mungkin Allah ingin meningkatkan kemampuan memaafkanku. Bahwa di sekitarku ternyata kebanyakan adalah makhluk-makhluk ber-ego tinggi atau tak punya kepekaan. Kesalahannya tak dianggap ada. Lebih memilih untuk percaya bahwa responku lah yang berlebihan.

Aku tak tahu siapa yang salah. Dan aku juga tak berniat memposisikan diriku sebagai orang yang benar atau 'korban'. Bukannya membuatku tenang, berada di posisi korban justru membuatku seperti orang sebenarnya bersalah.

Tapi kumohon. Sekali saja, akuilah kesalahan kalian. Atau bila tak mampu merasa bersalah, tanyakanlah apa yang terjadi denganku. Mengapa aku berbeda. Dan mengapa aku tak lagi bersikap hangat.

Perilaku kalian yang menganggap tak ada masalah diantara kita membuatku muak dan ingin segera menjauh 2000.000 kilometer darimu. Seandainya keberadaan roket seperti bemo, aku tak akan pernah mau berpikir panjang untuk menjauh. 

Dan lagi, ini  bukan persoalan 'dia laki-laki, wajar saja tidak peka'. Eits, anda ini belum pernah terjun di masyarakat ya? Perempuan juga bisa bertingkah seperti itu, kalau hatinya terlampau keras untuk memahami orang lain.

Aku tidak sedang membicarakan asumsi kawan-kawan.

Ketika kamu menerima respon yang tajam dari seseorang, tidak  hangat dan cenderung membuang pandangan darimu, seharusnya engkau sadar, ada yang salah dari dirimu. Ada yang membuat dia tak nyaman dengan keberadaanmu, mungkin.

Dan itulah mengapa, empati perlu dilatih. Dengan melibatkan diri dengan aktivitas kemanusiaan. Organisasi kah, bersahabat dengan manusia, atau menikah saja langsung biar bisa latihan 'merasa' on the spot. Tak melulu berada di depan gadget dari matahari terbit sampai tenggelam di ufuk barat.

Entahlah, hari ini aku sedang membicarakan apa. Aku sedang 'merah'. Dan hanya ingin terus mengatakan 'dan' dan 'tapi'. Entah membela perasaanku yang terluka atau seperti yang kalian sering anggap, membela asumsi berlebih dari seseorang yang sensitif.

Aku harap aku punya slogan pegadaian. Memberitahumu perasaanku tanpa membuat masalah baru. 

Apakah kau ingin menggunakan telingamu mendengarku tanpa menghadirkan ego lebih dulu? Apakah engkau berkenan menggunakan hatimu untuk memahami yang kurasakan?