Balada Montessori dan Kurikulum Merdeka

Kurikulum merdeka dan Montessori

Halo semuaaa~

Akhirnya aku kembali membuat catatan mingguan. Huhu. Dah lama banget aku pengen merangkum kejadian selama 7 hari, tapi baru terealisasikan hari ini. Aku bersyukur banget sih, alhamdulillah diberikan Allah motivasi lagi untuk menulis. Tinggal mempertahankan motivasi itu biar aku bisa konsisten.


Baiklah, langsung aja kita mulai!


Highlight pekan ini adalah perubahan kebijakan dan kurikulum di sekolah Montessori. Seperti yang kalian tahu, sekolah Montessori itu memiliki prinsip pendidikan yang jelas, ada banyak material khusus yang awalnya disediakan untuk anak gifted. Tapi, seiring waktu, melihat perubahan signifikan pada anak gifted tersebut, banyak kelompok pemerhati pendidikan ikut mengadopsi metode Montessori.

Termasuk di sekolah tempatku mengajar. Metode Montessori yang diterapkan disini belum sampai pemahamannya secara mendalam oleh guru. Aku bisa tahu itu, sebab selama melakukan observasi 5 hari, dan telah berlalunya 1 semester, aku belum melihat adanya kualifikasi Montessori pada diri anak-anak tersebut. 

Dan ternyata mereka semua memang belum dibekali pelatihan Montessori. Pelatihan itu baru diadakan setelah aku diterima untuk magang. Materi metode Montessori yang harusnya ditempuh berbulan-bulan, di-press kak Iin menjadi 3 hari saja. 

Akibatnya, prinsip yang kami ketahui dari pelatihan tersebut tidak mendalam. Penggunaan materialnya juga dikejar semua. Kami bahkan belum diajarkan teknik komunikasi selain cara mempresentasikan material kepada anak. 

Hal ini membuatku bingung di awal kerja. Dimana posisiku saat anak bermain dengan materialnya? Aku pikir aku harus berjarak dari mereka, kecuali untuk keperluan presentasi. Namun, kak Iin mengharapkan kami untuk senantiasa memotret anak didik ketika bermain. 

Bagiku ini menyalahi aturan Montessori yang kuketahui. Menjaga jarak sangat krusial untuk mendukung ketahanan fokus anak. Kapan diperhatikan dengan serius, anak akan kehilangan fokusnya.

Itu hanya sebagian kecil kegelisahanku.


Dan sekarang, kami dihadapkan dengan serbuan metode baru. 


Belum 1 bulan berjalan, kak Iin selaku pemilik dan pengelola sekolah, merombak kurikulumnya. 

Tepat sehari setelah beliau kembali dari pelatihan di sekolah Bukit Aksara, Semarang. Aku tidak tahu nama metode yang dilatihkan itu apa, tapi mengetahui metode baru ini menggunakan prinsip Project Based Learning, sudah jelas bahwa metode ini adalah bagian dari Kurikulum Merdeka. 

Kurikulum Merdeka yang aku idam-idamkan untuk pelajari dan aplikasikan di sekolah sejak pak Nadiem mengumumkannya secara resmi awal tahun 2022. Bahkan aku baru saja mencatatnya di bullet journal sebagai capaian karir, Allah langsung 'mencelupkanku' dalam metodenya. Tanpa basa basi.

Ga cuma itu, perubahan ini kami terima informasinya melalui pertemuan online di Google Meet. Kak Iin  begitu bersemangat menceritakan hasil pelatihannya disana. Bila kalian tahu seperti apa cara berbicara orang yang antusias, seperti itulah kak Iin menyampaikan hal penting ini pada kami. Melompat-lompat.

Aku tertular semangatnya, tentu saja. Tapi aku tak dapat menyimpulkan hasil pertemuan kami sama sekali, selain perintah kak Iin untuk membiarkan anak bermain apa saja dan kami hanya perlu mengobservasi apa yang dilakukan anak hari itu.

No interruption. Tidak ada arahan. Tidak ada paksaan. Anak tak mau mengikuti kegiatan, kami biarkan.

Dapat ditebak ya kawan-kawan guru semua, kami mengalami 'culture shock.' Asli canggung, antara ingin menegur anak menggunakan alas kerjanya tapi teringat kami tidak boleh interupsi. Ingin mengarahkan anak mengikuti rutinitas, pun kami tidak boleh memaksakan kehendak. 

Tidak hanya kami yang kaget ternyata, anak usia 4, 5 tahun juga bingung mau ngapain saat kami tidak mengarahkan. 

Apakah ini berarti selama 1 semester, guru-guru banyak mengarahkan anak menggunakan material? Bukankah Montessori juga sebenarnya memberikan kebebasan pada anak yang bersyarat? Yang artinya anak-anak harus sudah tahu kemana dia mau meningkatkan kemampuannya.

Hmm. 

Ada banyak yang perlu dipertimbangkan yaaa.


🪻🪻🪻🪻

Baiklah karena sudah larut, kita lanjut besok lagi insyaaAllah. Kalau ada pertanyaan atau bahkan pengalaman yang mirip-mirip denganku, ceritakan di kolom komentar ya! 


See you, insyaaAllah!