Pengalaman Stillbirth - Trimester Pertama

 Awal Oktober kemarin, tepatnya tanggal 9 pukul 9 pagi, aku resmi menjadi bagian dari Stillbirth Moms, melahirkan bayi dengan normal dalam keadaan meninggal.

Hhhh. 

Sebenarnya aku belum terlalu siap untuk menceritakannya disini. Tapi sungguh, aku khawatir kehilangan detail dan "rasa", bila terlalu lama kubiarkan sendiri dalam pikiran. Banyak yang ingin kuceritakan sedetail yang aku mampu, tapi bingung hendak memulai dari mana. Alasannya, penyebab stillbirth yang kualami ini kuperkirakan sudah dimulai sejak aku menggunakan test pack. Atau bahkan sebelumnya lagi. 3 bulan yang lalu sebelum aku hamil bidadariku, Adiba.

Jadi, aku sempat mengalami keguguran saat usia kandunganku 2 bulan. Tak perlu kujelaskan detail, karena disini aku hanya ingin menceritakan pengalaman stillbrith dari awal hingga akhir. Keguguran hanya bagian dari kemungkinan stillbirth terjadi. Yang jelas, 3 bulan setelah itu, aku dipercaya Allah lagi untuk mengandung hamba cantikNya.

TRIMESTER PERTAMA

Sudah lewat 5 atau 6 hari dari jadwal haid yang seharusnya. Alhamdulillah, siklus haidku teratur, sehingga untuk mengetahui adanya pembuahan atau tidak, cukup dengan melihat jadwal haid yang berhenti. Di titik ini, aku belum berharap apa-apa. 
Nanti disaat ummi memvonis aku hamil, saking seringnya mengeluh soal perut yang tidak berhenti lapar, diam-diam, di waktu sore hari aku membeli 2 macam test pack. Yang mahal dan yang murah. :)

Belajar dari pengalaman sebelumnya, kadar HcG yang rendah tidak bisa terdeteksi oleh test pack murah. Aku juga bukan tipe yang sabar menunggu esok pagi untuk mengecek kehamilan, haha, maka sekalian saja kubeli keduanya. Yang mahal akan kupakai sekarang, sedangkan yang murah disaat kadar HcG tinggi, yaitu pipis pertama di pagi hari.

MasyaAllah, hasilnya menakjubkan. Si 5000-an itu, memberikan hasil 2 garis meskipun yang paling atas masih samar. Aku sudah terlalu excited, tak tahan lagi untuk memberi tahu suami. Dan responnya ... tidak begitu senang, tapi tidak menolak juga. Saat itu kami memang ingin stop produksi/? dulu, selain aku baru saja keguguran, suami merasa belum sanggup secara finansial. Namun, Allah sudah menetukan takdirnya, maka yang bisa kami lakukan adalah menerima dengan penuh kesyukuran. 

Ketika orangtuaku tahu, aku sedikit kecewa karena mereka tidak seheboh diriku yang senang bisa hamil kembali. Rasanya seperti tidak ada yang mengharapkanku hamil. :) Dan tentu saja itu hanya overthinking, karena selama aku hamil, mereka semua sangat men-support-ku dengan memberikan banyak bantuan, terutama ummi dan suamiku.

Oke, kita masuk ke kondisi fisik. Keputihan hijau sudah menghampiri bahkan sebelum jadwal haid yang terlewat. Selain itu, seperti kehamilan trimester pertama pada umumnya, aku juga mengalami hari yang berat. Tidak seberat yang pertama memang, tapi waktu itu aku cukup stres karena kelaparan tiap 2-3 jam. :( Dada kiriku juga sering sakit, mungkin terpengaruh oleh rasa lapar yang kemudian menaikkan asam lambung. 

BP atau British Propolis yang sempat jadi bintang bersinar di dadaku, harus kuhentikan demi menjaga kesehatan janin. Aku kemudian berpindah ke promag demi menenangkan pikiran buruk akibat dada yang sakit. Mengingat bukti keamanan promag untuk bumil terjamin, asal tidak berlebihan tentu saja, dibanding BP yang pernah diberitahukan untuk tidak dikonsumsi sampai kandungan cukup kuat.

Alhamdulillah, Allah tidak meninggalkanku kebingungan sendirian. Susu khusus ibu hamil, yang sempat kuanggurkan karena malas minum, menjadi obat penawar laparku. Kalau saja tak memikirkan harga, sudah barang tentu kuminum tiap lapar, haha. Jadi ya, hanya malam hari saja di waktu dadaku sakit, aku meminum susu tersebut.

Lalu, apa lagi ya? 

Ah, pemeriksaan. Kembali belajar dari hamil pertama dan kedua, aku tidak segera memeriksakan kandungan meskipun keinginan itu sangat besar. Ingin kutahan sampai janin bisa terlihat di layar USG, atau kalau masih kuat, ada ruhnya saja dulu baru periksa. 

Tapi idealisme itu runtuh, HAHAHA. 

Demi memenangkan keinginan, aku banyak meracau soal apa kandunganku cukup kuat mengingat keguguran sebelumnya, dan ingin mendapat obat untuk maagku yang sering kambuh. Begitulah, dan akhirnya aku diizinkan periksa di RSIA dekat rumah orangtua. Suami waktu itu ada kesibukan yang tidak bisa ditinggal, jadi aku pergi bertiga dengan Ahnaf dan adikku.

Perdana melihat Adiba di layar USG, perasaan yang pertama kali muncul justru perasaan takut dan khawatir. Bisakah kupertahankan lagi kali ini? Aku kemudian merinci semua yang kualami termasuk keputihan hijau yang jadi catatan penting bagi aku dan dokter. Persoalan maag jadi tidak begitu diperhatikan saking fokusnya kami dengan si hijau di bawah. :)

Biaya pertama USG mencapai 1 jutaan. Mengejutkan tapi sudah bisa diperkirakan. Dengan fladystin 7 kapsul, salep jamur, suplemen dan biaya USG beserta printout-nya, masuk akal pengeluaran mencapai jumlah sedemikian rupa.

Sebelum kehamilan ini, kegiatanku sebenarnya cukup padat. Aku sedang menyiapkan proses penelitian untuk tugas akhir kuliah. Saat itu, karena tak kuat melihat jalan raya dan menghirup bau polusi, aku tertahan di dalam rumah. Aktivitas kuliah untuk sementara kuhentikan, termasuk mengurus pekerjaan rumah tangga. Dengan sukarela, suamiku mengambil alih pekerjaan dari A-Y, wkwk. Karena Z-nya adalah Ahnaf yang hanya ingin diurus olehku.

...

Kupikir sampai situ dulu. Kalau diteruskan bakal panjang banget ini, hmm. Memang pengen buat sedetail mungkin sih. Menyimpan rapi kenangan kami bersama bidadari kecil. Okay, see you on next post, insyaaAllah!