Menemukan Misi Hidup di Dunia

Semua makhluk, Allah ciptakan dengan misi hidupnya masing-masing. Tentu saja poros misi hidup itu adalah untuk memperoleh SurgaNya dengan mengerjakan semua yang Pencipta kita sukai dan menjauhi semua yang tidak Ia kehendaki. Sepaket Allah bungkus makhluk itu, dengan kelebihan dan atribut-atribut yang mendukung fungsi penciptaanNya. 

Tentu kita sudah tahu kan, penciptaan manusia di dunia adalah menjadi khalifah di muka bumi, 

...وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَٰٓئِكَةِ إِنِّى جَاعِلٌ فِى ٱلْأَرْضِ خَلِيفَةًۖ

"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, "Aku hendak menjadikan khalifah di muka bumi..." QS. Al Baqarah ayat 30.

Khalifah disini berarti menjadi pemimpin atas dirinya sendiri, pemimpin atas "bawahan" yang ia miliki seperti anak dan istri, serta bumi itu sendiri. Dan untuk menjadi khalifah, ada banyak posisi yang bisa kita ambil. 

Bagaimana cara mengetahui posisi itu? Dengan melihat jeli potensi kebaikan dalam diri. Agar maksimal peran hidup kita selama di dunia. Ga sekedar bawa nama saja, lalu end. Naudzubillah min dzalik. 😭 Jadi, mencari bakat, bukan sekedar untuk memperoleh pekerjaan impian, berusaha mengenali diri bukan untuk mengetahui jurusan kuliah yang tepat. Dia lebih dari urusan jangka pendek. 

Dengan instalasi yang khusus Allah berikan hanya untuk kita seorang, Allah ingin kita punya kredibilitas dalam mengemban tugas yang berat ini. Iya, Menjadi pemimpin itu berat. Pertanggung jawabannya lah yang membuat gunung seperkasa itu, pun, menolak amanah tersebut. 

Misi Hidup Apa yang Akan Kuambil? 
Nah, aku kasih contoh deh. Dulu sewaktu SMP, kemampuan intrapersonalku paling tinggi dibanding aspek perkembangan lain yang stat barnya hampir sama tinggi. 

Selama ini, memang aku senang melihat jauh ke dalam diri, mencari tahu apa sebenarnya yang sedang kualami, mendeskripsikan perasaan, mengorek kesalahan sendiri ketika diterpa semilir ujian dan mengambil hikmahnya. Cukup untuk jadi alasan kan untukku mengulik diri sendiri? 🤭 

Mari kita throwback ke masa kecil, aktivitas main favoritku saat itu: main peran besar sebagai guru, ibu rumah tangga, dan bermain peran kecil menggunakan boneka dan semacamnya. Main rumah-rumahan gitu, tau lah ya. 

Sedangkan hobi, sudah kutekuni dari kecil kegiatan menulis yang muncul dari kecintaan membaca buku. Meskipun masuk jenjang pendidikan lebih tinggi aku jarang membuat cerita lagi, (dilalaikan oleh hobi ngulik teknologi dan game), pada akhirnya aku pasti kembali ke hobi asal. Seperti sekarang. 🤭

Nah, dilihat dari kebiasaan main dan hobi sejak kecil, bisa diidentifikasi apa atribut yang Allah berikan kepadaku. Mengasuh, menyelami dan mengenali diri sendiri, mengajar, dan menulis. Maka pekerjaan yang cocok untukku adalah menjadi seorang guru, penulis dan based on women fitrah, being a mom

Sebab telah terang benderang peranku itu atas petunjuk dan bukti kasih sayangNya Allah, sepantasnya, aku bersyukur dengan meningkatkan skill mendidik, baik dari segi pedagogik, termasuk didalamnya pemahaman mengenai agama; profesional, kepribadian, dan sosial. 

Setiap Manusia Punya Misi Hidup Masing-masing
Gini, setiap orang pasti punya potensi kebaikan dalam diri. Setidak jelasnya potensi itu, pasti ada satu dua kebaikan yang hanya dia bisa melakukan. Nah, kalau potensi itu tidak diarahkan untuk kebaikan akhiratnya, dia akan cenderung kepada keburukan. 

Contohnya apa? Dia punya kelebihan dalam menulis. Paling mampu merangkai kata. Tapi karena hidupnya tak condong pada fitrah ilahiah, hidup di lingkungan yang jarang tersentuh pengetahuan tentang Tuhannya, maka tulisan yang dia buat tidak lebih dari sekedar entertainment. Masih baik jika hiburan itu tak merusak prinsip orang lain, tapi jika lihainya kata yang ia buat mampu mengubah seseorang, tentu menjadi boomerang yang sangat berbahaya.

Atau minimalnya lagi, bila dianggurin kelebihan itu, ia akan terjebak dalam ruang membingungkan, sering kali merasa tak tahu mau ngapain, insecure, merasa kebaikannya tak pernah dihargai manusia, dan akhirnya tak bersemangat menjalani hidup.

Serius. Begitu lah yang kualami saat menghabiskan waktu dengan bermain dan menonton. :)

Untuk itu disini aku berbagi agar kalian tidak terjebak dengan zona yang syaitan ciptakan. Menganggap kehidupan hanya sekedar hiburan, urusan di dunia hanya sampai tua saja, melupakan apa yang terjadi setelahnya, bahkan menilai diri sebagai orang yang biasa-biasa saja, tak punya kelebihan dan kebaikan. Duh, duh. Penilaian seperti itu merendahkan PenciptaMu, tahu!

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ ٱلْجِنِّ وَٱلْإِنسِۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَّا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ ءَاذَانٌ لَّا يَسْمَعُونَ بِهَآۚ أُو۟لَٰٓئِكَ كَٱلْأَنْعَٰمِ بَلْ هُمْ أَضَلُّۚ أُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْغَٰفِلُونَ

"Dan sungguh, akan Kami isi neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah." QS. Al-A'raf ayat 179.

Aku tidak akan membahas tafsiran ayatNya disini. Yang ingin kuberitahu adalah, kita semua memiliki alat untuk mengenalNya, untuk mengetahui tujuan hidup, dan mampu merancang kebaikan apa yang bisa kita lakukan untuk memperoleh kasih sayangNya.
 
Jadi, jika belum menemukan apa kebaikan terbaik dalam dirimu, BANGUNLAH! Berhenti menikmati hiburan dan leha-leha. Paksakan diri untuk menyalurkan semua energi kebaikan. 

Mulai hari dengan merancang kebaikan yang paling kamu banget! Yang hanya kamu seorang di circlemu yang bisa melakukan kebaikan tersebut. Jadikan ia jalan utama untuk sampai ke kampung halaman, Surga tertingginya, Firdaus.