Reset 2023 - Kenangan

Ehem. Alhamdulillah hari ini aku masih diberikan Allah kemampuan untuk menulis :) Aku harus bersyukur karena biasanya sulit untukku mengeluarkan ide pikiran dengan menulis. Sekarang aku sudah tidak menuntut kesempurnaan lagi wkwk, kubiarkan saja mengalir apa yang hendak dikatakan oleh otakku.


Oke, kemarin aku sudah menyebutkan kebiasaan-kebiasaan buruk yang harus aku tinggalkan. Juga beberapa pencapaian di tahun 2023.

Sekarang aku mau sharing tentang kenangan-kenangan yang paling berpengaruh sehingga menjadikan aku sosok seperti sekarang. Karena jujur saja, beberapa tahun yang lalu aku tidak seperti ini. Setiap pengalaman membentukku menjadi lebih baik insyaallah.

Satu hal yang paling banyak mengubahku adalah mengajar di sekolah Montessori. Alasannya adalah aku ingin anakku mendapat pengalaman belajar yang kaya, dan menurutku aparatus atau peralatan main Montessori dapat memberikan yang kuinginkan.

Sebelumnya kuberitahu, aku lulusan Pendidikan Guru PAUD, karena itu ketika memilih sekolah untuk bekerja, aku juga mempertimbangkan anakku. Saat itu kurikulum merdeka baru terdengar di Makassar. Baru 1 TK yang menerapkan kurikulum tersebut.

Tertarik dengan konsep pengajaran kurikulum merdeka, aku lantas menambahkannya dalam doaku dan yeah alhamdulillah Allah kabulkan meski setelah 2, 3 bulan sejak aku diterima. Ketika pertama kali menginjakkan kaki di sekolah tersebut (atau mari kita singkat jadi AHA), aku terkejut melihat proses belajarnya yang tidak formal.

Maksudku, di TK pada umumnya mereka punya alur dan aturan yang ketat semisal anak-anak harus mengikuti kegiatan circle time. Biasanya hampir semua anak yang mengikuti rutinitas tersebut, terutama bila tahun ajaran baru sudah lewat beberapa bulan. Tapi di AHA, masih ada anak- anak yang pasif, tidak mengikuti kegiatan circle time atau bahkan shalat berjamaah.

Hal baiknya adalah mereka teratur ketika bermain Montessori. Hampir semuanya kecuali anak special needs, dengan mandiri mengambil alas kerja dan aparatus yang menarik bagi mereka. Beberapa ada yang bergabung dengan temannya. Setelah bermain, mereka mampu mengembalikan semuanya pada tempatnya. Begitulah yang terjadi sebelum badai kurikulum merdeka menerpa :)

Ketika pengelola sekolah kembali dari sebuah pelatihan, malamnya pukul 9 :))), beliau mengadakan rapat dadakan dengan kami semua. Kami hanya berlima waktu itu. Ketika mendengar perubahan besar- besaran dalam proses belajar akan dilakukan, kami yang masih muda ini penuh semangat menerima perubahan tersebut. Sebuah keputusan yang kurang pertimbangan sejujurnya :)

Anak-anak yang selama ini terinstall dalam otaknya untuk bertanggung jawab atas kegiatan mereka, kini berubah menjadi tidak peduli. Entah apakah mereka belum kuat 'iman', hahah, sehingga ketika ditawarkan permainan loose part mereka menjadi begitu sulit diatur :(

Benar bahwa kebebasan bermain termasuk mencampur adukkan aparatus Montessori, membuat mereka lebih bebas. Tantrum mereka berkurang nyaris tidak ada, dimana sebelumnya ada satu anak ADHD yang sulit mengontrol emosi. Selain itu anak-anak juga menjadi lebih imajinatif dan tidak takut dengan kotoran, maksudku sebelumnya mereka ingin buru-buru cuci tangan setelah bermain finger painting.

Ketika kurikulum merdeka diterapkan, mereka lebih santai membiarkan tangannya kotor. Termasuk kemampuan menyentuh berbagai tekstur, hampir semua anak khatam. Begitulah cerita tentang anak-anakku di AHA :)))

Sekarang setelah lewat 1 tahun, alhamdulillah mereka bisa lebih mudah diajak kompromi. Memang butuh waktu tapi aku sangat menyayangi mereka.

Anak-anak itulah yang mengubahku. Aku menjadi lebih sabar menerima efek samping dari sebuah perubahan hahaha. Perfeksionisku memang masih ada, tapi sudah bisa kuturunkan levelnya. Ada saat-saat dimana aku sulit mengendalikan ekspektasi, tapi solidnya hubungan teman kerja membantuku untuk menghadapinya alih-alih melarikan diri.

Aku ingin berterimakasih pada teman-teman kerjaku. Atas izin Allah, mereka memberiku inspirasi solutif dalam menghadapi berbagai tantangan dan masalah. Ada kepala sekolah termuda (usia 24 tahun:))) yang ramah pada siapapun baik anak-anak dan orangtua murid, pandai berkomunikasi bahkan pada anak ADHD sekalipun, dapat bersikap pertengahan: tegas namun penyayang, dan sangat terbuka menerima pendapat dan kritik kami meski tidak sejalan. Kualitas yang sangat dibutuhkan oleh pemimpin.

Lalu ada teman seangkatanku juga yang mature luar biasa. Serius anaknya itu serba bisa, masyaAllah. Kreatif iya, tegas iya, pandai iya. Hm :) Sekarang dia yang jadi kepseknya wkwk karena yang pertama udah mundur teratur bersamaku haha.

Keputusanku mundur pun setelah berminggu-minggu struggle. Saat itu bulan September kemarin, hujan belum turun sehingga perumahan kami airnya mati sampai 2 bulan. Mau tidak mau kami harus mengangkut air bergalon-galon. Karena tidak tega membiarkan orangtuaku pulang balik mengambil air, aku akhirnya berhenti bekerja agar lebih banyak waktu membantu mereka.

Tapi selebihnya aku bersyukur pernah mengajar di AHA. Mereka berdua memberiku kekuatan untuk bersikap penuh energik, loyalitas tinggi dan pantang menyerah dengan keadaan. Masih ada 2 guru lagi yang inspiratif tapi tulisanku sudah terlalu panjang, jadi cukup sampai sini :)

Terimakasih *^^*