Penyebab Nyeri Gigi Bungsuku Kambuh

Aku ingin menulis tapi ribut sekali disini. Hampir setiap detik alunan musik dan nyanyian terdengar. Thanks for it, gigi bungsuku kambuh lagi. Bayangkan di depan rumahmu orang tak beradab terus karaokean dengan dalih sedang menghibur diri di tempat yang benar: cafe.

Sungguh tak bertanggung jawab. Apa dia mengira kami mencintai suaranya sehingga ridha mendengarnya 24 jam? Apa dia kira waktu tidurnya sama dengan kami? Mengapa tak berusaha membangun sebuah ruangan kedap suara untukmu bernyanyi? Apa kau kira seluruh bumi ini adalah tempatmu mencurahkan hati dengan berkaraoke?

Ya Allah.

Gigiku sakit.

Sekarang mendengar berita politik pun bisa memparah nyeri di gigiku. Aku sudah muak dengan mereka, siapapun itu. Bahkan kepada pilihanku sendiri pun sudah lelah aku melihat beritanya.

Lelah dengan drama yang dengan sengaja dibuat untuk beliau. Muak sebab beliau terus disalahkan. Jenuh dengan ocehan orang-orang yang tak dapat menilai mana benar dan salah. Mereka bahkan menolak beliau sebab sudah terlanjur benci untuk sesuatu yang bahkan mereka sendiri tidak yakin apa sebabnya. 

Parahnya, lebih parah dari apapun yang pernah terjadi di dunia ini, ada yang membenci karena kasihan kekasihnya diserang kinerjanya di wilayah yang memang beliau sedang diamanahi sampai sekarang. 

Subhanallah saking tak perlunya disanggah, aku sampai tak bisa berkata-kata. 

Tunggu. 

Sepertinya aku bisa membaca kondisi beliau saat debat kemarin.

Mungkin inilah yang dirasakan sang raja drama saat debat kemarin. Like, "kamu tuh aslinya tidak tahu apa-apa dan aku lebih mengerti soal ini! Jadi, pernyataanmu sama sekali tak perlu diserang balik olehku."

Haha. Benar. Aku mungkin sama dengan beliau sebab sama-sama kurang paham dengan topik yang dibahas. Jujur saja, aku adalah anak yang baru terbit kemarin sore soal politik. Masuk akal bila aku tak mampu membalas opini orang lain. Ditambah gigiku sedang sakit. Argh rasanya makin sulit untuk berpikir. Mungkin seperti itu juga yang beliau rasakan. Sehat selalu pak.

Yah intinya silakan berpendapat sebebasmu. Tak ada larangan. Hanya saja tolong jangan mengajakku berdiskusi sebab yang kurasakan sekarang adalah lebih baik melihat segerombolan cicak menyeberangi plafon daripada membaca opini tak bertujuan darimu.

Ya Allah.

Gigiku sakit.

Aku ingin mendengar sesuatu yang menenangkan. Aku ingin membaca sesuatu yang membuat hatiku hangat. Kepalaku pening. 

Aku sudah tidak mau lagi peduli bagaimana hasil pemilu nanti. Aku sudah tidak mau lagi peduli apa pilihan teman-temanku. Terserah kalian hendak memilih siapa. Terserah makar apa yang kalian buat demi puasnya rasa dahagamu itu.

Allah sudah memberikan kita otak yang sama namun sudah pasti isinya berbeda. Tergantung bagaimana kebersihan hati, itulah yang menjadi pilihan. 

Ya Allah.

Aku tak bermaksud menyucikan diri. Atau bahkan menganggap orang lain hatinya ada yang salah. Naudzubillahi min dzalik. 

Hanya saja aku meyakini sesuatu, bahwa apa yang kita pilih sesungguhnya adalah sebuah proyeksi dari kondisi hati. Pun hati memang pusatnya kehidupan. Dia berubah-ubah, dinamis tergantung apa yang dipandang dan dindegarkan.

Itulah mengapa berbahaya bila aku tetap tinggal di rumah ini. Aku mengkhawatirkan hatiku. 

Aku harus! wajib! melakukan sesuatu untuk tidak mendengarkan nyanyian. Aku HARUS PAKAI HEADSET EARPHONE EARMUFF HUHUHU.

YA RABB.

KENAPA MEREKA TERUS BERNYANYI?

APA HIKMAHNYA AKU TINGGAL DISINI YA RABB?

BERI AKU PETUNJUK DAN KUMOHON LINDUNGI AKU SELAMANYA. LINDUNGI AKU DARI RUSAKNYA HATI YA ALLAH AL WAKIIL AL HUDAA. KUMOHON YA RAHMAN.