Mengapa Jadi Malas Setelah Sebelumnya Produktif?

Hei. Aku ingin bertanya. Kenapa ya setelah pindah rumah aku jadi malas gerak? Alasan utama mungkin sebab haid, ditambah sakit gigi yang mempengaruhi kepalaku, membuatku semakin tak memiliki kekuatan untuk produktif.

Ya, aku semakin yakin penyebabnya adalah kedua hal tersebut setelah mendengar youtube satu persen. Malas dan emosi berada dalam satu tabung. Mereka saling berkaitan. 

Ya benar sih. Semenjak pindah kesini, aku merasa khawatir karena cuma tinggal bertiga dengan nenek. Aku tidak yakin mampu menjalankan peran seperti ummiku meski sebelumnya aku sudah sering melakukan pekerjaan rumah ketika ummi ikut abah keluar kota.

Namun dengan selera makan nenek yang tinggi, aku tak berdaya haha. Lebih baik ummi kesini mengurus nenek dan aku mengurus adek-adekku huhu. Selera makanku dengan adek-adek sama persis, hampir mereka tak pernah menolak apa yang kumasak. Sementara nenek.. :(

Selain itu di rumah aku hampir tak punya sesuatu yang dapat membangkitkan energi. Minim stress. Tanpa bubuk-bubuk penyedap rasa dan sensasi pedas yang seimbang, justru membuat hidup menjadi hambar sehingga aku kehilangan semangat untuk beraktivitas. 

Tantangan menulis yang kugadang-gadangkan sebagai sarana membumbui jalan cerita hidupku setelah resign, hanya sebentar saja membangkitkan adrenalin, sisanya butuh komitmen. Begitu juga dengan rasa senang ketika menghias bullet journal. Memulainya itu berat karena otakku sudah menolak duluan untuk bekerja, menghasilkan sesuatu yang kreatif. Sama halnya dengan menulis sebenarnya. Lalu tantangan melakukan Quran journal? Jangan ditanya. Rintangan dari diriku sendiri saja sudah berat kulewati, ditambah syaitan yang pastinya ikut bekerja agar aku tak semakin dekat dengan al Quran HUHUHU.

Dan sebenarnya bukan itu saja. Aku merasa ada sesuatu yang tidak beres. Tapi apa? Jadwal sehari-hari sudah kutulis, tinggal dijalankan saja. 


Oh ya aku tahu.


Waktu tidurku berantakan. Tidur jam 12 malam bangun jam 8! Kalau begini terus aku takut ini menjadi sebuah kebiasaan yang sulit diperbaiki.

Aku juga sudah tidak pernah melakukan planning. Like, apa yang mau direncanakan kalau aku hanya tinggal di rumah? Though memang harus tetap nulis jadwal karena aku tak bisa melakukan sesuatu yang hanya dibayangkan dalam pikiran. Namun bila aku menulisnya dengan tanganku sendiri lalu mengintegrasikan di hp, tentu aku lebih mampu menuntaskannya.


Oke berarti kuncinya ada di dua hal.

Tidur cepat - bangun lebih awal dan bawa Ahnaf ke sekolah. Kalimat pertama sudah saling melengkapi dan tidak bisa dipisah. Sementara kalimat kedua aku harus melakukannya karena banyak hal yang harus kukerjakan di luar rumah.

Ahnaf tidak bisa terlalu lama terpapar oleh polusi, mengikutiku kemanapun aku pergi, jadi mau tidak mau aku harus membawanya ke sekolah. Bila urusan luar rumah selesai, seperti berbelanja peralatan dapur dan bahan makanan, akan lebih mudah untukku kembali beraktivitas seperti rutinitasku dahulu.

Aku juga harus kembali memiliki waktu pagiku! Satu-satunya waktu dimana aku bisa berinteraksi dengan diriku sendiri tanpa ada dorongan untuk memenuhi hak orang lain. 1 jam dibagi menjadi 3 sesi. Sesi pertama olahraga, kedua ibadah, dan sesi terakhir... belajar! Ah membayangkannya saja sudah menyenangkan. 

Tapi sebelum itu aku harus memastikan kasur sudah rapi, nenek tidak terganggu olehku -saat ini aku tidur di kamar nenek :)- dan tubuhku sudah segar oleh air dingin! Ya Allah tantangan ini lumayan menantang:)

Mandi di tengah malam rasanya agak aneh. Sebaiknya digeser saja lah ke waktu pagi. Biar ga ngantuk, mudah-mudahan cuci muka dan wudhu udah cukup.