Mengapa Memenej Waktu itu Sulit? (1)


Bismillah. 

Aku hadir kembali nih di blog, setelah… berapa hari ya aku absen? Pokoknya hampir sepekan deh. 


Bener-bener ya istiqamah itu nantangin banget. :( Namun, aku yakin bisa memperoleh label 'si konsisten' insyaaAllah. :) Konsisten memang berat, tapi masih ada 80% persen bagiku untuk menjalankannya. Yah, pokoknya aku harus buat diriku selalu mengerjakan aktivitas menulis tiap hari, dan menyuarakan kalimat positif biar habit ini beneran terbentuk, insyaaAllah. 


Okay, masih berhubungan dengan pembukanya, jadi hari ini aku mau cerita- bukan ding, curhat lebih tepatnya, tentang betapa rumitnya memenej waktu. Padahal aku bukan presideeen, tapi mengapa aku tak mampu memiliki waktu seutuhnya? :( 


Baiklah, biar ketahuan biang keladinya apa dan siapaaa, mari sekarang kita breakdown penyebab aku atau mungkin juga kalian, penyebab memenej waktu menjadi begituuu sulit!


Yang paling pertamaaa~


Tujuan Hidup Tidak Ada

Yah gimana mau ngatur waktu kalau resolusi bahkan tujuan hidup di dunia saja tidak ada? Kita ga bisa tau jalan yang ditempuh, bekal apa yang bisa kita persiapkan bila kita sendiri saja tak tahu mau kemana. 


Aku pernah traveling tipis-tipis naik motor bareng Ahnaf tanpa tujuan. Sekedar keluar menikmati pemandangan.


Selama di perjalanan, aku bertanya-tanya, berapa lama aku akan terus melaju? Kapan aku berbalik untuk pulang ke rumah? Rasanya takut tapi ga punya tenaga untuk berputar. Soalnya penasaran juga sampai mana jalan ini berakhir? 


Untungnya, jalan yang kami lewati sama sekali baru untukku. Bukankah hal baru selalu menarik? Haha. 


Di tengah kekhawatiranku yang mulai memuncak, -antara takut lupa jalan sama boros bensin :'- aku bersyukur Allah menunjukkanku landasan pesawat. Ternyata aku sedang berada di belakang bandara. Alhamdulillah. Dengan itu, maka berakhirlah traveling tanpa tujuan. 


Maksudku, bahkan di awal perjalanan yang tak terbesit ingin kemana, aku akhirnya punya tujuan di akhir. Check point untuk restart kembali. Landasan pesawat itu menjadi titik putar balik untukku ke rumah.


Perjalanan dengan transportasi memang bisa putar balik, tapi perjalanan hidup yang menggunakan waktu sebagai alat berpindahnya, apa bisa mulai dari awal kembali? 


Ngga, kan. 


Jadi, memiliki tujuan hidup atau cita-cita itu urgensinya luar biasa! Ia melibatkan masa depan kita, maka jangan biarkan hidup mengalir seperti air. 


Oh, bahkan air pun punya finish line. Kalau ga di laut, ya di tanah. Hanya saja air tak punya pilihan mau ke arah mana dan melalui jalan seperti apa. 


Kamu tidak mau kan membiarkan dirimu yang berharga menjalani hidup yang berat? Menghadapi dunia yang keras? 


Ngga kan? 


Jadi, yuk, buka catatanmu sekarang dan pilih cita-cita yang paling sesuai untukmu. Yang benar-benar kamu banget. Ga papa bila prospek kerja misalnya, kurang jelas. Selama rahmat dan ridha Allah yang jadi tujuan utama.


Sebab tujuan penciptaan kita cuma 1. Mencari keridhaan Allah dengan beribadah hanya kepadaNya.