COVID dan Perayaan

Alhamdulillah kita sudah masuk di bulan kedua dari tahun ketiga COVID 19. Benar-benar tak terasa sekaligus tak menyangka Allah memperjalankan waktu manusia di bumi bersama pandemi yang terus bermutasi.  

Seperti varian smartphone yang tak ada habisnya, virus ini juga terus meningkatkan skill seiring dengan pertumbuhan teknologi kesehatan dan kekebalan tubuh manusia. Kalau bukan pengetahuan tentang Allah yang Maha Bisa dan Maha Pencipta yang tak sia-sia, tentu aku bakal tak menyangka dan akan merasa kesal setiap mereka hadir dengan varian baru, huhu.

Sesungguhnya kawan-kawan, tidakkah kalian berpikir bahwa COVID ini bermutasi setiap kita para manusia di bumi Allah mengadakan suatu perayaan? Perayaan yang tak diridhaiNya. Seperti awal munculnya varian baru, terjadi saat penduduk India melakukan ritual di sungai Ganggang. Lalu di bulan Januari saat orang-orang berpesta merayakan tahun baru, Allah kembali menurunkan peringatan melalui COVID.

Tentu diluar itu juga ada mutasi yang terjadi. Tapi yang berdampak besar pada dunia, pasti disebabkan oleh perayaan-perayaan. Luar biasanya, kehadiran COVID tak pernah merusak perayaan Islam. Shalat Ied tetap berjamaah dengan suasana khidmat dan aman, bersilaturahim pun dilakukan tanpa khawatir disapa COVID. 

Itu diluar Ramadhan pertama tentunya. Karena pada masa tersebut, jaga jarak benar-benar digaungkan, belum ada tanda keselamatan manusia. Semuanya yakin COVID ada dan kita semua bersembunyi di balik dinding rumah masing-masing. Ingat sekali waktu itu jalanan kota super lengang. 

Dan sekarang kita semua kembali dengan rutinitas sebelum pandemi. Anak-anak bersekolah kembali, mahasiswa ujian tutup di kampus, dan acara makan-makan terus berpanggil sahut menyahut. Sungguh menyenangkan! 

Tak ada lagi masker dan jaga jarak. Buat apa? Toh sudah divaksin. Padahal mau vaksin atau belum lebih baik tetap patuh prokes, minimal cuci tangan pakai sabun. Dan bukanlah karena vaksin kita selamat. Tak ada sebab baik selain dari yang Maha Pengasih.

Allah mengetahui hamba-hambaNya makhluk sosial. Bukankah Dia yang menciptakan kita senang bersosialisasi? Maka Allah mengangkat pandemi, mengaburkan rasa takut bertemu satu sama lain sehingga kita kembali mengadakan segala macam pertemuan.

Dengan kebaikan Allah itu, masih saja kita melampaui batas dalam memanfaatkannya. Cukuplah COVID ini memberi pelajaran untuk tidak kelewatan lagi. Hentikan aktivitas ngumpul-ngumpul yang berujung maksiat. Pertemuan antara laki-laki dan perempuan tanpa batasan, pertemuan yang dihiasi musik dan tarian, dan sesuatu semacamnya tanpa tujuan berarti selain sekedar entertainment

Benar-benar kita perlu menjaga diri untuk tak membuatNya marah. Benar-benar kita perlu menjaga diri untuk tak membuatNya marah. Benar-benar kita perlu menjaga diri untuk tak membuatNya marah...

COVID hari ini masih bisa kita anggap ringan. Namun sungguh mudah saja bagi Pemilik penyakit ini untuk mendatangkan yang lebih berbahaya, naudzubillahi min dzalik.